Anak - Anak PDR
Ziarah dan Wisata Religi Makam Syekh Maulana Syamsudin Pemalang
Salah
satu destinasi wisata religi di Pemalang yang biasa dikunjungi adalah
Makam Syekh Maulana Syamsudin. Hingga sekarang sebagian masyarakat
menganggap bahwa makam tersebut termasuk makam keramat yang dipercaya
menyimpan berkah dan karomah seperti makam para wali yang ada di daerah
lainnya. Kondisi makam Syekh Maulana Syamsudin sekarang sudah kesekian
kali dipugar bahkan fasilitasnya juga kian lengkap seperti Masjid,
Toilet dan bilik-bilik untuk beristirahat/bermalam bagi para peziarah
yang berasal dari luar Pemalang. Makam ini masuk dalam wilayah
administratif RT 1/ II Dukuh Pecolotan Kelurahan Sugihwaras Kecamatan
Pemalang Kabupaten Pemalang. Pada tahun 1973 Makam ini hanya berjarak 3
meter dari laut, namun dalam kurun waktu 30 tahun telah terjadi
penambahan Lahan (tanah timbul) hingga sekarang jaraknya dengan air laut
menjadi kurang lebih 15 meter.
Menurut mitos yang beredar di masyarakat,
Syekh Maulana Syamsudin mempunyai nama kecil Solechuddin Al Baghdadi.
Dia berasal dari Baghdad (Irak), dan masih keturunan Syekh Abdul Qodir
Al jaelani. Pada umur 10 tahun, dia keluar dari Baghdad menuju tanah
Jawa untuk belajar ilmu agama pada Syeh Maulana Maghribi di Tuban,
Gresik, Jawa Timur. Setelah Berguru selama 20 tahun, suatu hari ia
diperintah oleh Syeh Maulana Maghribi untuk menyampaikan surat kepada
Sunan Gunung Jati di Cirebon. Dia berangkat seorang diri dengan membawa
bungkusan dipundaknya yang berisi kitab alqur’an dan surat tersebut.
Perjalanan panjang dilewatinya dengan berjalan kaki menyusuri pesisir
pantai utara Jawa. (Santoso, 2002 : 18-25).
Perjalanannya dari arah timur ternyata
sudah di ikuti oleh segerombolan orang dari balik semak. Melihat
penampilan Syekh Syamsudin yang rapi, bersih, dan membawa bungkusan,
serta wajahnya yang asing, mereka mengira beliau adalah seorang
saudagar. Akhirnya gerombolan tersebut menyerang beliau sewaktu beliau
sedang beristirahat untuk shalat dibawah pohon rindang. Perampok yang
berjumlah 5 orang tersebut merasa kecewa karena tidak berhasil
mendapatkan barang berharga apapun, sehingga mayat Syeh Syamsudin
ditinggalkan begitu saja di tepi pantai. (Santoso, 2002 : 27-30)
Tiga
hari tiga malam sejak meninggalnya Solechuddin atau Syekh Syamsudin,
terjadi keganjilan pada sebuah kapal dagang dari Madura yang tengah
berlayar ke Batavia. Walaupun angina berhembus ke arah barat namun kapal
justru bergerak ke selatan, mendekati bibir pantai. Bersamaan dengan
itu, Nahkoda kapal melihat sebuah cahaya terang memancar dari pantai.
Oleh karenanya nahkoda memutuskan untuk berlabuh terlebih dahulu.
Nahkoda dan anak buahnya amat terkejut ketika mendapati bahwa sumber
cahaya itu berasal dari mayat.
Setelah memakamkan jenazah Solechudin
(Syamsudin), kapal niaga tersebut melanjutkan perjalanan menuju ke
Batavia. Anehnya mereka sampai Batavia hanya dalam waktu 1 jam.
Keganjilan selanjutnya yakni hasil dagangan mereka yang untung hingga
700 kali lipat. (Santoso, 2002 : 33-36)
Dalam perenungan, Nahkoda akhirnya
memutuskan untuk segera kembali ke Tanjungsari dengan membawa material
bangunan. Hal itu dimaksudkan untuk memperbaiki makam agar tidak hilang.
Namun sesampainya di makam, mereka merasa kesulitan untuk memperoleh
air tawar yang akan digunakan untuk mengolah material bangunan,
sementara jarak makam hanya 3 meter dari air laut.
Ketika salah seorang duduk persis
ditempat ditemukannya mayat Solechuddin sambil melubangi pasir,
tiba-tiba memancar air yang tawar walaupun sangat dekat dengan laut.
Setelah memperbaiki makam, maka mereka melanjutkan perjalanan pulang ke
Madura. Sesampainya di Madura merekapun menceritakan keganjilan selama
dalam perjalanan ke Batavia termasuk tentang Syekh Syamsudin. ( Santoso,
2002 : 36-40)
Seperti halnya tempat ziarah keramat yang
lain,makam Mbah Keramat juga digunakan oleh para pengunjung yang datang
ke tempat ini sebagai sarana berdo’a.diantaranya berziarah sambil
bertawasul, media i’tikaf,sekaligus sebagai sarana rekreasi religi.
Suasana yang sejuk karena berada di pinggir pantai menjadikan tempat ini
nyaman bagi para pengunjung yang sengaja meluangkan waktu untuk ziarah
disana. Tak heran bila banyak para peziarah yang rela menginap ditempat
ini hanya demi mendapatkan ketenangan batin yang mereka inginkan.
Menurut KH Mustajib juru kunci makam, tempat ini banyak dikunjungi oleh
para peziarah baik lokal maupun yang datang dari luar daerah yang
sengaja meluangkan waktu mereka barang sejenak untuk berziarah dan
beribadah lain yang bernuansa dzikir kepada Tuhan.
Meskipun tidak tiap hari atau tiap bulan
tempat ini ramai didatangi pengunjung, tapi tiap harinya setidaknya ada
saja yang datang kesana. Puncak keramaian pengunjung menurutnnya adalah
di bulan Rajab dan Sya’ban,yakni bulannya para peziarah.Dia
pun menambahkan, setiap Jumat terakhir di bulan Sya’ban atau bulan
Ruwah diadakan Khaul memperingati wafatnya Maulana mbah Syamsudin
sekaligus menggelar doa bersama yang dimaksudkan agar semua yang hadir
khususnya akan mendapatkan perlindungan baik jasmani atau rohani dari
Tuhan Yang Maha Esa. Mengenai makam ini sendiri tak banyak mendapat
respon dari Pemerintah setempat. Seperti yang dituturkan oleh juru kunci
makam ini sendiri.
Syaikh Maulana Syamsuddin adalah seorang
ulama penyebar agama Islam di Jawa Tengah. Menurut penuturan Pak Zainul
Arifin, warga sekitar makam yang juga mengelola makam tersebut, Syaikh
Maulana wafat di tepi pantai. Saat itu pelaut melihat cahaya memancar di
tepi pantai, dan setelah didekati ternyata cahaya tersebut berasal dari
jasad Syaikh. Kemudian mereka memakamkannya di situ.
Di samping bangunan makam terdapat pohon
besar yang sangat rimbun dan tinggi. Pohon ini unik, karena terdapat
lima jenis tanaman di satu pohon tersebut. Kalau tidak salah, pohon ini
berusia sangat tua, dan saat Syekh Maulana Syamsuddin wafat, dimakamkan
di sebelah pohon ini. Jadi umur pohon ini bisa lebih dari 500 tahun.
Selain pohon besar, di area makam juga terdapat SUMUR KERAMATS. Konon
Sumur Keramat itupun mengandung banyak karomah bagi para peziarah yang
meminumnya atas izin Allah SWT. Menurut juru kunci makam, pengelolaan
makam ini di samping mendapat sumbangan dari Pemda juga mengandalkan
dari banyaknya kas yang masuk dari para donatur yang dengan ikhlas
menyumbang demi kelestarian serta pembangunan tempat itu.
Personil yang berpartisipasi :
Ust. Candri, Mas. Fari, Aftiyan, Luqman, Foris
Tidak ada komentar:
Posting Komentar