Jumat, 08 Januari 2016

Wisata Curug Bidadari Jalatiga - Talun

Curug Batu Dinding Kolam Lima
( Curug Bidadari )
Jolotigo - Talun - Pekalongan

 

hay Guest... Curug Bidadari, atau biasa disebut curug Batu Dinding Kolam Lima, karena di sekitar air terjun ini terdapat lima ceruk aliran air yang menyerupai kolam renang, yang sering digunakan untuk mandi dan berenang, mulai yang dangkal sampai yang kedalamannya belum terukur. Dan juga disisi kanan kirinya terdapat batu tebing yang tinggi menjulang.

Dan memang kelebihan dari curug ini adalah untuk berenang, karena jika dilihat dari ketinggian air terjunnya tidak begitu tinggi jika dibandingkan dengan curug-curug pada umumnya, tapi wanawisata ini memang tidak sekedar untuk dilihat pemandangannya saja, tapi untuk dinikmati kesegaran dan kejernihan airnya. Yaitu pengunjung kurang afdol kalo datang kesini tidak menikmati serunya berenang dikolam alam ini.

Secara geografis curug ini terletak di desa Silurah, kecamatan Wonotunggal, kabupaten Batang. Tetapi ada informasi yang menyebutkan curug ini Secara administratif masuk wilayah Pekalongan, tepatnya di desa Purbo Jolotigo, kecamatan Talun, kabupaten Pekalongan.
Bisa dimaklumi setiap batas administrasi suatu daerah memang biasanya menggunakan sungai sebagai patok batasnya, dan air terjun memang lokasinya pasti disungai. Jadi sah-sah saja jika suatu lokasi air terjun masuk kedalam dua wilayah admisistrasi yang  berbeda.

Dan terlepas dari masalah batas wilayah, saya disini tidak untuk membahas masalah itu, tapi untuk menganjak temen-temen bertualang menikmati kesegaran berenang di curug Bidadari.

okey kita mulai perjalanannya Artikel Curug Bidadari...
Untuk menuju lokasi wisata ini jika dari arah pantura jika dari barat setelah melewati kota Pekalongan, tepatnya di Perempatan Grogolan, kita ambil kanan kearah selatan menuju pasar Warung Asem.
Namun Jika kita dari arah timur setelah sampai di alun-alun Batang kita langsung ambil kiri kearah selatan menuju pasar Warung Asem.

Dari Warung Asem kita masih lurus terus ke selatan sampai di pasar  Pandan Sari Ndansari, dari sini kita bisa lurus via jalur Wonotunggal lewat jalan raya Bandar atau belok ke kanan via jalur Talun lewat jalur alternatif.

menuju desa Gringgingsari / lewat silegok / Sodong Di sepanjang jalan setiap persimpangan jalan banyak plang petunjuk arah jadi jangan takut tersesat alias nyasar, atau kalau ingin aman, tanyakan saja pada penduduk setempat insya'Allah semua pasti tau. Yang terpenting patokannya tujuan kita adalah desa Silurah, kecamatan Wonotunggal, kabupaten Batang.
Karena pintu masuk lokasi wisata ini dari desa Silurah. 

Anak PDR Plesir Nyang Curug Bidadri
Personil :
Ust. Candri, Mas. Gunarto, Mas. Fahri, Mbah. Dawud, Afrian, Luqman, Bayu,
Adnan, Alipi, Ipunk, Yuwono, Arfdif ..........

 Plesiran kie judule ................. 

 
















Ziaroh Syeh Maulana Syamsudin

Anak - Anak PDR

Ziarah dan Wisata Religi Makam Syekh Maulana Syamsudin Pemalang


14219560951565715069 
Salah satu destinasi wisata religi di Pemalang yang biasa dikunjungi adalah Makam Syekh Maulana Syamsudin. Hingga sekarang sebagian masyarakat menganggap bahwa makam tersebut termasuk makam keramat yang dipercaya menyimpan berkah dan karomah seperti makam para wali yang ada di daerah lainnya. Kondisi makam Syekh Maulana Syamsudin sekarang sudah kesekian kali dipugar bahkan fasilitasnya juga kian lengkap seperti Masjid, Toilet dan bilik-bilik untuk beristirahat/bermalam bagi para peziarah yang berasal dari luar Pemalang. Makam ini masuk dalam wilayah administratif RT 1/ II Dukuh Pecolotan Kelurahan Sugihwaras Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang. Pada tahun 1973 Makam ini hanya berjarak 3 meter dari laut, namun dalam kurun waktu 30 tahun telah terjadi penambahan Lahan (tanah timbul) hingga sekarang jaraknya dengan air laut menjadi kurang lebih 15 meter.
Menurut mitos yang beredar di masyarakat, Syekh Maulana Syamsudin mempunyai nama kecil Solechuddin Al Baghdadi. Dia berasal dari Baghdad (Irak), dan masih keturunan Syekh Abdul Qodir Al jaelani. Pada umur 10 tahun, dia keluar dari Baghdad menuju tanah Jawa untuk belajar ilmu agama pada Syeh Maulana Maghribi di Tuban, Gresik, Jawa Timur. Setelah Berguru selama 20 tahun, suatu hari ia diperintah oleh Syeh Maulana Maghribi untuk menyampaikan surat kepada Sunan Gunung Jati di Cirebon. Dia berangkat seorang diri dengan membawa bungkusan dipundaknya yang berisi kitab alqur’an dan surat tersebut. Perjalanan panjang dilewatinya dengan berjalan kaki menyusuri pesisir pantai utara Jawa. (Santoso, 2002 : 18-25).
Perjalanannya dari arah timur ternyata sudah di ikuti oleh segerombolan orang dari balik semak. Melihat penampilan Syekh Syamsudin yang rapi, bersih, dan membawa bungkusan, serta wajahnya yang asing, mereka mengira beliau adalah seorang saudagar. Akhirnya gerombolan tersebut menyerang beliau sewaktu beliau sedang beristirahat untuk shalat dibawah pohon rindang. Perampok yang berjumlah 5 orang tersebut merasa kecewa karena tidak berhasil mendapatkan barang berharga apapun, sehingga mayat Syeh Syamsudin ditinggalkan begitu saja di tepi pantai. (Santoso, 2002 : 27-30)
14219566761080385120 
Tiga hari tiga malam sejak meninggalnya Solechuddin atau Syekh Syamsudin, terjadi keganjilan pada sebuah kapal dagang dari Madura yang tengah berlayar ke Batavia. Walaupun angina berhembus ke arah barat namun kapal justru bergerak ke selatan, mendekati bibir pantai. Bersamaan dengan itu, Nahkoda kapal melihat sebuah cahaya terang memancar dari pantai. Oleh karenanya nahkoda memutuskan untuk berlabuh terlebih dahulu. Nahkoda dan anak buahnya amat terkejut ketika mendapati bahwa sumber cahaya itu berasal dari mayat.
Setelah memakamkan jenazah Solechudin (Syamsudin), kapal niaga tersebut melanjutkan perjalanan menuju ke Batavia. Anehnya mereka sampai Batavia hanya dalam waktu 1 jam. Keganjilan selanjutnya yakni hasil dagangan mereka yang untung hingga 700 kali lipat. (Santoso, 2002 : 33-36)
Dalam perenungan, Nahkoda akhirnya memutuskan untuk segera kembali ke Tanjungsari dengan membawa material bangunan. Hal itu dimaksudkan untuk memperbaiki makam agar tidak hilang. Namun sesampainya di makam, mereka merasa kesulitan untuk memperoleh air tawar yang akan digunakan untuk mengolah material bangunan, sementara jarak makam hanya 3 meter dari air laut.
Ketika salah seorang duduk persis ditempat ditemukannya mayat Solechuddin sambil melubangi pasir, tiba-tiba memancar air yang tawar walaupun sangat dekat dengan laut. Setelah memperbaiki makam, maka mereka melanjutkan perjalanan pulang ke Madura. Sesampainya di Madura merekapun menceritakan keganjilan selama dalam perjalanan ke Batavia termasuk tentang Syekh Syamsudin. ( Santoso, 2002 : 36-40)
Seperti halnya tempat ziarah keramat yang lain,makam Mbah Keramat juga digunakan oleh para pengunjung yang datang ke tempat ini sebagai sarana berdo’a.diantaranya berziarah sambil bertawasul, media i’tikaf,sekaligus sebagai sarana rekreasi religi. Suasana yang sejuk karena berada di pinggir pantai menjadikan tempat ini nyaman bagi para pengunjung yang sengaja meluangkan waktu untuk ziarah disana. Tak heran bila banyak para peziarah yang rela menginap ditempat ini hanya demi mendapatkan ketenangan batin yang mereka inginkan. Menurut KH Mustajib juru kunci makam, tempat ini banyak dikunjungi oleh para peziarah baik lokal maupun yang datang dari luar daerah yang sengaja meluangkan waktu mereka barang sejenak untuk berziarah dan beribadah lain yang bernuansa dzikir kepada Tuhan.
Meskipun tidak tiap hari atau tiap bulan tempat ini ramai didatangi pengunjung, tapi tiap harinya setidaknya ada saja yang datang kesana. Puncak keramaian pengunjung menurutnnya adalah di bulan Rajab dan Sya’ban,yakni bulannya para peziarah.Dia pun menambahkan, setiap Jumat terakhir di bulan Sya’ban atau bulan Ruwah diadakan Khaul memperingati wafatnya Maulana mbah Syamsudin sekaligus menggelar doa bersama yang dimaksudkan agar semua yang hadir khususnya akan mendapatkan perlindungan baik jasmani atau rohani dari Tuhan Yang Maha Esa. Mengenai makam ini sendiri tak banyak mendapat respon dari Pemerintah setempat. Seperti yang dituturkan oleh juru kunci makam ini sendiri.
Syaikh Maulana Syamsuddin adalah seorang ulama penyebar agama Islam di Jawa Tengah. Menurut penuturan Pak Zainul Arifin, warga sekitar makam yang juga mengelola makam tersebut, Syaikh Maulana wafat di tepi pantai. Saat itu pelaut melihat cahaya memancar di tepi pantai, dan setelah didekati ternyata cahaya tersebut berasal dari jasad Syaikh. Kemudian mereka memakamkannya di situ.
Di samping bangunan makam terdapat pohon besar yang sangat rimbun dan tinggi. Pohon ini unik, karena terdapat lima jenis tanaman di satu pohon tersebut. Kalau tidak salah, pohon ini berusia sangat tua, dan saat Syekh Maulana Syamsuddin wafat, dimakamkan di sebelah pohon ini. Jadi umur pohon ini bisa lebih dari 500 tahun. Selain pohon besar, di area makam juga terdapat SUMUR KERAMATS. Konon Sumur Keramat itupun mengandung banyak karomah bagi para peziarah yang meminumnya atas izin Allah SWT. Menurut juru kunci makam, pengelolaan makam ini di samping mendapat sumbangan dari Pemda juga mengandalkan dari banyaknya kas yang masuk dari para donatur yang dengan ikhlas menyumbang demi kelestarian serta pembangunan tempat itu.

 Personil yang berpartisipasi :
Ust. Candri, Mas. Fari, Aftiyan, Luqman, Foris





Ziaroh Makam Mbah Nur Moga

ANAK PDR ZIAROH

KE MAKAM MBAH NUR - MOGA - PEMALANG

Mbah Nur Walangsanga Pemalang


- Mbah Nur Walangsanga -
Genting, Moga, Pemalang
Wafat
Senin, 19 Desember 1988 M
Senin, 9 Jumadil Ula 1409 H
 
Walangsanga adalah desa di kecamatan Moga, Pemalang, Jawa Tengah, Indonesia. Berpenduduk sekitar 8.000 jiwa. Sebagian besar bekerja sebagai perantau di ibu kota, sisanya lagi bermata pencaharian sebagai petani dan pedagang. 

Desa Walangsanga terkenal melalui seorang waliyullah bernama Mbah Nur yang tinggal di sebuah tempat terpencil yang bernama Blok Manggis. Beliau beruzlah bukan tanpa alasan, selain karena zuhudnya yang tinggi terhadap duniawi beliau juga seorang ulama yang shalih dan menjadi teladan di lingkungan sekitarnya. Saat ini makam beliau banyak yang berziarah, para pengunjung biasanya tidak hanya datang dari sekitar Moga, tetapi juga dari luar Pemalang.

Nama beliau kini diabadikan dalam sebuah sekolah yang bernama MTs. An-Nur Walangsanga yang didirikan awal tahun 2000 dan mulai beroperasi tahun 2002, dibawah naungan Yayasan Pendidikan Islam An-Nur yang didirikan oleh tokoh masyarakat setempat. Tujuan utama pendirian sekolah tersebut adalah untuk menyediakan sekolah lanjutan pertama yang mudah dijangkau oleh masyarakat terutama anak-anak yang orangtuanya punya keterbatasan secara ekonomi.
 
 
ANAK - ANAK PADEPOKAN DALAN ROKEL ( PDR ) 
  Personil yang ikut ziaroh
Ust. Candri, Mas Fahri, Afrian, Luqman, Bayu, Foris